antara LAgu raihan dan Rindu Kampung Halaman..
Hanyalah anak..
Anak yang sholeh
Bisa memberikan kasih
sayangnya.
Hanyalah anak..
Anak yang sholeh
Bisa mendoakan hari
akhiratmu. (Kutipan sepenggal lagu Raihan ‘anak yang sholeh’)
Lagu
ini saya kenal saat sedang menyenyam bangku sekolah menengah atas negeri di
Bandar lampung (SMUN 2 Bandar Lampung); terus terang lagu ini sangat berarti
(it’s honestly said).
Setiap mendengar deretan syair
lagu ini, lamunanku melayang mengingat-ingat masa-masa di kala pertama kali
Allah mempertemukan dengan lingkungan islami. Walau belum berjilbab, diri ini pede-pede
saja berinteraksi dengan mbak-mbak berjilbab, mengikuti kegiatan-kegiatan
keislaman, menjadi salah satu panitia pesantren kilat dan bahkan mentor agama
di acara pesantren tersebut. Kadang ada rasa malu dan tidak percaya diri
menjalaninya tapi karena niatnya memang ingin belajar ilmu agama dan
mbak-mbaknya juga sangat welcome, Alhamdulillah sangat enjoy menjalaninya. Namun ada hal lain yang sungguh sangat lebih
sangat berarti.
(Kita kembali lagi ke syair lagu
di atas yaa)
Apa kaitannya antara lagu di atas dengan keberartian yang saya
sebut-sebut sebelumnya ?
Ceritanya begini : Setelah
interaksi yang intens dengan kegiatan keislaman tersebut, di kelas dua, caturwulan
terakhir saya memutuskan akan memakai jilbab, apapun halangan dan rintangan
yang terjadi.
Memang bukan kali pertama saya memutuskan
memakai jilbab, saat masuk bangku SMA,niatan ini sudah ada ; dan sudah sedikit
demi sedikit direalisasikan, ini ditunjukkan dengan pengukuran seragam sekolah
rok panjang dan baju lengan panjang. Namun dikarenakan orangtua masih melarang, maka
pelaksanaan niatan ini pun tertunda.
Setelah saya utarakan kembali
pada keluarga, orangtua sangat marah, dan sangat tidak suka dengan keputusan
tersebut, bahkan saat pertemuan keluarga besar(kakek,nenek, paman, bibi dan
sepupu-sepupu) juga tidak setuju dengan keputusan yang saya ambil (saat itu ada
adegan nangis-nangisan berhari-hari.. hiks).
Karena memang sudah tekad baja melakukannya, maka saya tetap memutuskan
memakai jilbab, meskipun papa mama dan keluarga besar tidak menyetujuinya.
Dasar anak keras kepala !!!
Tidak mudah melaluinya, melakukan
sesuatu diluar restu orangtua dan keluarga besar; sindiran, sorotan,tatapan mata
yang menunjukkan kekurangberkenannya…
10 bulan
berlalu,restu kudapatkan. Dan restu itu benar-benar menjadi energi luar biasa
untuk mengarungi kehidupan selanjutnya…
(added info --> cerita nya saya sedang rindu Kampung halaman)
Lampung !! Bagaimanakah kabar orang tua; Papa dan Mama di sana ? serta
semua keluarga besar? Kerinduan ingin sekali tertuntaskan, namun ruang dan
waktu mensekat kita.
Dalam doa sholatku ini kupanjatkan “ Semoga Allah menjaga, meridloi dan membimbing diri ini agar mampu menjadi anak baik dan sholeh (ah) untuk semua
orang-orang di sekitar hamba..)